8 November 2010Siang itu kita kembali ingin melakukan pendampingan. Hari itu kita mendapat rekomendasi untuk segera pergi ke Posko SMK N1 Seyegan. Cuaca jogja saat itu kurang bersahabat, mendung. Namun hal ini tidak mengurangi Semangat kita. Walaupun saat itu kita hanya berempat, kita tetap nekad untuk beraksi.
“waduh adiku tiba-tiba minta dianter je” mendadak seorang sahabat harus batal berangkat. Hal sempat mengendorkan kita,
“nanti gimana?”
“ yawda yang penting mengalir aja, kayak kemarin” ungkap, sedikit memberik semangat.
Dan berangkatlah kami hanya bertiga saja. Ternyata yang keberangkatan juga diiringi hujan deras, bahkan sangat deras menurut saya. bahkan seorang sahabat yang sedia pengen nyusul ke TKP mengurungkan niatnya karenanya. Sampai tujuan suasana ternyata diluar dugaan. Suram dan penuh ketidakpastian. Berbeda dengan hari sebelumnya. Para pengungsi disini belum “terurus”. Bantuan masih minim dan sangat memprihatinkan. Bantuan logistik belum masuk, mereka belum siap untuk diajak bermain.
Perut mereka masih kosong.Hari tersebut menjadi salah satu hari terberat. Basah kuyub dan tidak tahu harus ngapain. Melihat saudara kita yang cukup memprihatinkan membuat hati saya miris. Hal ini ditambah dengan kondisi pribadi saya secara keseluruhan. Saya masih shock dengan segala rencana yang gagal. Apa lagi beberapa hari terakhir saya benar-benar mengeluarkan banyak sumber daya;uang, tenaga dan pikiran.
Capek.Seoalah seperti suratan takdir, bukan malah berhenti. Hari-hari berikutnya menjadi sebuah ritual harian. Berangkat, berkumpul, dan BERGERAK (bermain dan bernyanyi). Sempat terselip beberapa pertanyaan. Sebenarnya saya melakukan semua untuk apa? Untuk siapa? Mengapa? Yang ada pikiran saya saat itu hanyalah
just do it.Dan ternyata semua ternyata ada jawabanya.“CINTAILAH masalah, mari membangun monumen perdamaian dari batu-batu kebencian yg dilemparkan ke arah kita” (arief budiman)
Bayangkan, hampir sebulan penuh saya hanya mengurusi korban merapi sebenarnya buat apa? Pengeluarkan saya bertambah untuk telekomunikasi dan transportasi, padahal pemasukan nihil, sebenarnya buat siapa?
Dan disinilah saya menemukan kembali kekuatan Cinta sejati. Sesuatu yang membuat saya bertahan dan lebih kuat. Ada kekuatan BESAR yang membuat saya tidak pernah merasa lelah dan kehabisan makna. Sebuah anugerah luhur dari Sang Maha Cinta. Tuhan telah menunjukan Kuasa dan KebesaranNya. Hal ini dibuktikan dengan hal kecil seperti…
PulsaNasib menjadi koordinator adalah harus bisa menghubungi banyak orang. Tentu saja hal ini menguras pulsa saya selama. Saya sempat kaget ketika saya harus mengeluarkan pulsa lebih banyak. Saya harus beli pulsa hampir setiap hari. Dan anehnya pada hari itu (saya lupa kapanya) ada keinginan untuk membeli pulsa, namun kog sepanjang perjalanan (dari rumah ke posko) masih pada tutup. Hingga saya memutuskan untuk menunda beli pulsa. Namun sesampai diposko saya coba cek pulsa. Rp 53***. Saya coba menghitung kembali jumlah nominal dan digit. Kog tambahnya ya? Siapa yang ngisiin ya? Padahal tidak ada sms notifikasi pengisian pulsa? Darimana ini?
Nasi bungkusWaktu pendampingan yang mengharuskan briefing sebelum zuhur dan berangkat setelahnya terkadang membuat saya terlupa pada satu hal. Makan. Terutama pada awal-awal perjalanan kita. Namun berbeda tanggal 10 November 2010, untuk pertama kalinya kita para fasilitator pendampingan mendapatkan fasilitas makan. Walau sederhana. Namun bukan itu yang menarik, tapi tentang nasi bungkus yang “diberikan saya”. pertama, di kursi saya. saat melakukan pendampingan kita menitipkan tas dan perlengkapan lain. dan saya meletakan disebuah kursi. Berbeda dengan kursi-kursi lain yang dititip tas teman-teman saya. dikursi itu ada sebuah nasi bungkus. Awalnya saya tidak memperdulikannya.Namun hal ini menjadi pertanya kembali setelah saya menemukan nasi bungkus di motor saya. bukan di motor teman-teman yang lain. apakah ini kebetulan? Untuk apa kedua nasi bungkus itu “diletakan” di tempat tersebut? Oleh siapa? Wallahu ‘alam
“Cinta dariNya menjawab semua masalahmu. Dia mendengar, Melihat dan selalu Berfirman : perangi neraka didalam hatimu. Damaikan jiwamu dengan Cinta Dia.
Memberi yang ikhlas kepada yang butuh. Bersyukurlah terus tanpa kenal waktu
Serahkan, ikhlaskan dan pasrakan hanya kepadaNya. Cintanya adalah jawaban, karena Tuhanlah maha Cinta”
(Nidji)