03 November 2010Sore itu saya mendapat beberapa sms yang menanyakan keadaan Jogja. Saya yang sedang melakukan perjalanan balik dari Bandung ke Jogja tentu saja bingun menjawabnya. Dan hati mulai resah ketika saya mendapat sms dari sahabat saya “Astagfrllah, awan pns dg kec tgg&trbsr yg mgarah ke posko, mhn doany brkali2, sy ign smua pgungsi slmt, km lg kjr2n mghndri awn pns..Allahu akbar!”
Dan saya hanya bisa diam, dan berdoa…
Sampai di Jogja saya langsung disambut oleh kabar buruk, “Jogja meletus 3 kali lebih BESAR dari sebelum kamu berangkat” kata bang Arul yang dini hari itu menjemput saya.
Saya masih ingat betul sebelum berangkat ke Bandung, saya masih mempunyai beberapa agenda besar yang ingin dilakukan. Rencana kerjasama CSR dengan mitra tinggal selangkah lagi, begitu pula komunikasi positif dengan perusahaan mapan di Yogya membawa angin segar. Apalagi ditambah kepercayaan sebuah media di Jogja untuk mengisi progam regular mereka. Rencana eksekusi progam baru juga sudah dicanangkan, tergambar jelas beberapa mimpi yang akan segera tercapai. Namun, semua itu seakan-akan hanya dalam tidur saja. Semua bayangan indah tampak kabur oleh abu vulkanik. Bagaikan langit yang tertutup mendung, saya hanya bisa diam dan bersabar akan KehendakNya.
Seharian (04112010) itu saya benar-benar bingung dan kosong. Bagaikan orang planet lain yang tidak tahu bahasa, budaya ataupun apapun yang ada di kota ini. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya hanya bisa berdoa bahwa Merapi tidak semakin parah, dan saya kembali agak tenang ketika malam harinya (sekitar 20.00-21.00), chatz dengan Mbak Yuli, pengasuh PA Nurul Yasmin (yang terletak di Jakal Km 14), bahwa keadaan disana baik-baik saja. Dan rencananya besok saya ingin k PA.
05 November 2010“Aslm. Halo.. mas Arif dimana?”
“Di rumah, Nitikan, piye?” jawabku
“oh, ya saya tak kesana pengen ngobrol sekalian curhat…”
Awalnya saya mengira obrolan akan berlangsung biasa saja, namun saya benar-benar kaget ketika saya mendapat kabar ternyata Merapi kembali meletus dan lebih parah. Radius aman diperluas 20KM. seketika juga saya langsung sms ke semua teman yang tinggal di Jalan Kaliurang dan sekitar. Banyak balasan sms yang membuat saya miris. Hampir semua teman sudah mengungsi. Dan saya lebih terkejut ketika saya mendapat sms dari mbak Yuli “kita masih bertahan di Panti. Tidak ada transportasi mas”
Tentu saja tanpa pikir panjang saya langsung mencoba semua kontak bisa membantu untuk evakuasi. Dan bergegas untuk segera keatas melakukan apa yang bisa dilakukan. Walau Belum mendapat kepastian mau dievakuasi dengan apa dan kemana saya tetap saja berangkat keatas. Sempat mendapatkan “penolakan” dari beberapa teman karena tidak bisa membantu, akhirnya jawaban itu ada. Seorang sahabat yang awalnya mengaku tidak bisa membantu, entah kenapa berubah pikiran. Waktu itu saya yang sedang dalam perjalanan pun sedikit lega. Kabut vulkanik yang menghadang seakan-akan sudah tidak berati, ada suatu yang lebih besar menanti. Transportasi pun didapat walau agak telat.
“di saat krisis, yang diperlukan adalah sebuah tindakan CEPAT, TEPAT dan DAPAT”
Sampai di Panti, proses evakuasi ternyata tidak berjalan mulus. Suasana panik dan mencekam masih terasa. Banyak anak-anak yang minta dijemput keluarganya. Hal ini memberikan tekanan sendiri bagi mereka. Namun Alhamdulliah semua bisa terkendali, anak-anak sudah bisa “ngungsi” dengan tenang.
Dan cerita ini menjadi awal sebuah perjalanan INDAH yang penuh dengan KETIDAKPASTIAN. Sebuah langkah kecil yang memberikan perubahan BESAR. Yah, selamat datang di sebuah periode baru bersama Senyum Merapi. Apa itu? Nantikan yah dalam cerita selanjutnya ^^
Nb : special thax buat dua Srikandi yang berani menembus abu vulkanik untuk mengevakuasi anak NY dan gamaw disebutin n dicritain :D. tulisan lain ini bisa dibaca juga di http://www.senyumkita.com/kabar-senyum/senyum-community-evakuasi-anak-panti-nurul-yasmin/