Kamis, 26 Januari 2012

Asas & Tujuan



Pagi itu saya terpaksa ke tambal ban karena ban bocor. Yang menarik adalah tukang tambal tersebut adalah tetangga saya yang sudah berprofesi sebagai penambal ban sejak saya SD. Saya masih ingat setiap kali sekolah pasti lewat depan usahanya sambil menyapanya. Namun dibalik memori itu hati miris, mengapa? Sudah bertahun-tahun dia menekuni profesi ini tapi keadaan tidak jauh berbeda dengan dulu.

Apakah teman-teman juga sering menemukan hal yang sama. Suatu saat saya juga pernah ketemu pejual jajan SD dan sekarang masih melakoni hal yang sama. Adakah yang salah?  Bukankah suatu kerugian jika hari ini tidak lebih baik dari kemarin? Jika hari tidak tidak ada peningkatan yang berarti dalam hidup ini bukankah kita juga termasuk orang yang merugi? Apalagi jika kita berbisnis, jika tidak tumbuh dan berkembang (dalam segala aspek) buat apa kita meneruskan?

Salah hal alasan jawaban klasik adalah saat kita berusaha adalah “Yang penting sudah berusaha, tujuannya juga untuk ngibadah”.  Orang bisnis untuk ibadah memang tidak salah, tapi kurang tepat. Karena tujuan bisnis memang bukan untuk ibadah tapi  “alat/sarana” mencapai tujuan. Dan setiap orang pasti mempunyai tujuan sendiri-sendiri seperti agar kaya, membuka lapangan pekerjaan dll

Lalu bukankah bisnis juga bisa dinilai ibadah? Yah, jika ASAS/DASAR-nya benar, atau gampangnya niat nya memang untuk ibadah. Loh terus apa bedanya? Inilah yang terkadang membingunkan, orang cenderung tumpang tindih dan tidak membedakan apa itu ASAS dengan TUJUAN/TARGET atau kata guru saya Qimah (opo meneh kui :D)

Lebih jelasnya mungkin begini. ada orang kecelakan, lalu ditolong oleh dua orang, Abi dan Bima. Abi menolong orang tersebut dengan ASAS/NIAT karena Alloh (ibadah kepadaNya), tapi Bima menolong dengan niat mengamalkan Pancasila terutama Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tentu akan bedakan amalan kedua orang tersebut? Lalu apa TUJUAN/TARGET menolong orang kecelakaan tersebut, tentunya adalah menolong agar orang tersebut SELAMAT, jika tidak selamat maka kita bisa dianggap gagal menolongnya.

Nah inilah bahayanya jika kita salah “meletakan” ASAS dengan TUJUAN atau malah dengan MANFAAT/FAEDAH dari amalan/perbuatan kita. Kita akan cenderung santai dan tidak termotivasi untuk mencapai TARGET tertinggi kita. Jika kita sudah meletakan ASAS yang benar maka kita tidak akan pernah takut mencanangkan TUJUAN TERTINGGI (Atau bahasa populer sekarang adalah MIMPI) yang ingin kita capai.

Mari kita luruskan Niat, Tentukan MIMPI TERINDAH yang ingin kita capai dan..
Enjoy ther procces, enjoy yourself


Cara “Arif” jadi Entrepreneur

3 comments:

Elsa mengatakan...

samaaa.... aku juga punya pengalaman serupa

sejak SD, ada penjual kue keliling yang udah langganan banget.
sampai aku tua gini, beliau masih juga menjajakan kue keliling. gak ada kemajuan... misalnya berubah jadi pake sepeda, atau pake motor.. nggak tuh. tetep aja dari dulu sampai sekarang jalan kaki.

miris juga ngeliatnya

Suciati Cristina mengatakan...

ada tukang becak dari aku tk mas dwi, sampe aku sma waktu itu masi aj. ikut ke smesco yah kmrn?

Dwi Wahyu Arif N mengatakan...

@elsa : :)
@ucil : iyap :)