Selasa, 08 Desember 2009

Mengungkap (kembali) Rahasia Syukur

Beberapa saat yang lalu saya ditelpon oleh teman lama. Dia merasa ada yang "salah" dengan dirinya, bahkan dirinya juga mengaku bahwa dia merasa sudah gila. Gila? Ya, itu menurut dia, dia seakan-akan merasa diluar kontrol sehingga dia sendiri takut apakah dirinya sudah tidak waras lagi. Cukup mengherankan bila Anda melihat dia adalah dulunya orang yang ceria dan humoris. Bahkan sekarang bisa dibilang hidup mapan dengan jabatan dan fasilitas yang dibilang lebih dari cukup. Namun semua itu tiada berarti lagi.

Teman saya memang bisa dibilang mujur dengan pekerjaannya sekarang ini. Namun dibalik itu ada tanggung jawab besar didalamnya. Dan inilah yang tidak disadari semua orang. Setelah saya coba ungkap mengapa dia sampai berpikiran begitu, ternyata benar. Hal itu merupakan akibat tekanan yang menumpuk. Tekanan dari beban yang harus dipikulnya. Pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawab dan integritas tinggi. Hal ini juga ditambah lingkungan dan budaya di sekitar tempat tinggal yang permisif. Semua itu membuat keadaan psikologisnya terguncang.

Lalu apakah semua orang yang mempunyai posisi seperti dia akan mengalami hal yang sama juga? Tentu tidak. Rekan kerjanya pasti juga mengalami tekanan yang sama. Tapi apakah mereka semua juga menjadi gila? Tentu orang-orang tertentu saja. Dan ketika saya ditanya solusi yang diberikan kepadanya. Saya jawab dengan sederhana saja: syukuri apa yang ada dan hargai semuanya.

Yah, setelah saya berdiskusi lebih lanjut, ternyata dia memang telah terlalu lama fokus pada masalah dan masalah. Dia terlalu lama berkecimpung dengan hal-hal negatif. Dia telah lupa dengan apa yang harus ia syukuri. Dia telah lupa bahwa dia sekarang mempunyai kedudukan yang banyak diinginkan banyak orang. Dia lupa bahwa sekarang dia telah mempunyai seorang pendamping hidup, dimana banyak teman seangkatanya masih banyak yang bujang. Dia lupa telah begitu banyak mendapat rizki yang tidak didapatkan oleh semua orang.

Teman saya juga tidak pernah menghargai apa yang selama ini ia lakukan. Apa yang telah ia capai seakan-akan bukan bermakna lagi. Dia kehilangan kekuatan positif dalam dirinya. Dan dia sadari bahwa memang hal itu telah lama ia rasakan. Dan dia mulai bersyukur bahwa semua masalah hanyalah didalam pikirannya dan masih banyak solusi dan hikmah diluar itu. Dan saya yakin masih ada senyum yang membuat dia waras lagi :D

4 comments:

Ninda Rahadi mengatakan...

semoga kita mampu mengaplikasikan wujud rasa syukur dalam keseharian ya mas... :)


salam kenal, kunjungan balik nih..
linknya segera saya pasang

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

matur nuwun
sgra saya pasang link juga^^

Elsa mengatakan...

bersyukur sebenarnya gampang. coba hitung saja hal hal positif yang ada di dunia ini, pasti kerepotan karena saking banyaknya nikmat yang telah kita terima.

semoga kita termasuk manusia yang bersyukur atas nikmat Tuhan ya...
amiiiiiin

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

bagi sebagian orang memang mudah melihat hal positif, tapi tidak sedikit yang kesulitan untuk menmukannya..
beruntung sekali bila kita bisa melakukannya setiap saat^^