Minggu, 13 Desember 2009

Menuju keabadian

Ada yang hilang dalam hari-hari ini. Tidak hanya kehilangan "sesuatu" yang berarti namun saya kehilangan beberapa hal yang mungkin sepele. Dari kehilangan nota, botol air minum (yang masih berusia seminggu), kehilangan stopmap berisi file-file penting, dan mulai menghilangnya beberapa sahabat dengan segala alasanya.

Namun saya beruntung saya masih mempunyai diri sendiri. Aku yang masih peduli pada diriku sendiri. (Yah, siapa lagi yang paling peduli dengan diri kita selain kita?). Dengan segala kelebihan dan kelemahan yang kumiliki ku sadar, apa yang ada hanyalah sementara, titipan Illahi. Bahkan kita harus siap jika diri ini untuk pulang. Kenapa harus takut? Padahal kita juga setiap hari menghilang (baca tidur). Namun pertanyaan yang paling penting, bagaimana kalau kita "tertidur selamanya"?

Kesementaraan ini memang terkadang melenakan. Dan ketika kita kehilangan, kita baru sadar berapa berharganya hal tersebut. Ketika saya kehilangan sahabat terbaik saya, saya baru sadar berapa sering saya menyia-nyiakannya. Kenapa aku tidak memanfaatkan kebersamaannya? Namun justru itulah kita diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Kita masih ada ruang untuk membuat diri kita lebih baik. Kebaikan-kebaikan yang akan terus membawa kita siap menghadapi keabadian. Keabadian yang berasal dari makna kehidupan yang hakiki.

10 comments:

Anonim mengatakan...

penyesalan memang selalu datang belakangan. seringkali kita menganggap seseorang atau sesuatu biasa-biasa saja hanya lantaran dia selalu ada bersama kita. namun ketika seseoarang itu pergi, sesuatu itu hilang, barulah kita bisa merasakan betapa kita membutuhkannya. juga, seringkali kita menunda-nunda untuk berbuat sesuatu, dan kita baru menyesalinya ketika tak ada lagi kesempatan untuk melakukannya. mari, jangan biarkan kata menyesal selalu menghiasi hari-hari kita

elpa mengatakan...

sudah lumrah kehidupan klo sudah hilang akan merasakan betapa pentingnya benda atau orang yg sudah jauh dr kita.terlambat untuk memperbaiki diri akan besar resikonya.sebelum semuanya terlambat belajarlah mengoreksi diri sendiri dan memperbaikinya.nikmatilah saat kebersamaan dgn orang2 yg kita kasihi...

Clara Canceriana mengatakan...

penyesalan adalah sebuah pelajaran baru dalam hidup, kira" begitulah menurut saya ^^

Ninda Rahadi mengatakan...

idem sama mas abi, tapi kalo toh akhirnya yang ada cuma kita dan diri kita sendiri.. yah yaudah... kejadian udah, nyesel udah.. tinggal gimana kita nyoba biar penyesalan ngga terulang dengan penyebab yang sama.

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

@all : intinya kita harus belajar dari apa yang telah terjadi, betu? :)
thx u smw y^^

Yoan Ricardo Sinaga mengatakan...

Mas, itu yg sering ak alami tiap hari sih Mas... thanks ya, Mas. INSPIRATIF abis.

Zahra Lathifa mengatakan...

hai..aku datang untuk mengisi kehilangan itu..jangan sedih dunk!
salam kenal, maaf yach baru sempet mampir..aku follow sekalian..

Ayu Kinanti Dewi mengatakan...

yang paling peduli?
paling setia?
paling sayang?
setiap detik, selamanya, sampai kapanpun?

ALLAH

ga ada yg namanya kehilangan, semua titipanNya
:)

Unknown mengatakan...

lbih baik terlambat dripada tidak sama sekali. Thanks u/ pencerahannya, dzadjakallah khairan... http://gaelby.blogspot.com

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

@jojo : sm2 jo^^
@zahra: thx udah mengisi blog ini :)
@QQ: iya, Q.semua kembl kepadaNya..:)
@qaelby: slm kenal pak, mks kembli