Pagi itu saya terpaksa ke tambal
ban karena ban bocor. Yang menarik adalah tukang tambal tersebut adalah
tetangga saya yang sudah berprofesi sebagai penambal ban sejak saya SD. Saya masih
ingat setiap kali sekolah pasti lewat depan usahanya sambil menyapanya. Namun dibalik
memori itu hati miris, mengapa? Sudah bertahun-tahun dia menekuni profesi ini
tapi keadaan tidak jauh berbeda dengan dulu.
Apakah teman-teman juga sering
menemukan hal yang sama. Suatu saat saya juga pernah ketemu pejual jajan SD dan
sekarang masih melakoni hal yang sama. Adakah yang salah? Bukankah suatu kerugian jika hari ini tidak
lebih baik dari kemarin? Jika hari tidak tidak ada peningkatan yang berarti
dalam hidup ini bukankah kita juga termasuk orang yang merugi? Apalagi jika
kita berbisnis, jika tidak tumbuh dan berkembang (dalam segala aspek) buat apa
kita meneruskan?
Salah hal alasan jawaban klasik
adalah saat kita berusaha adalah “Yang penting sudah berusaha, tujuannya juga
untuk ngibadah”. Orang bisnis untuk ibadah memang tidak salah,
tapi kurang tepat. Karena tujuan bisnis memang bukan untuk ibadah tapi “alat/sarana” mencapai tujuan. Dan setiap
orang pasti mempunyai tujuan sendiri-sendiri seperti agar kaya, membuka
lapangan pekerjaan dll
Lalu bukankah bisnis juga bisa
dinilai ibadah? Yah, jika ASAS/DASAR-nya benar, atau gampangnya niat nya memang
untuk ibadah. Loh terus apa bedanya? Inilah yang terkadang membingunkan, orang
cenderung tumpang tindih dan tidak membedakan apa itu ASAS dengan TUJUAN/TARGET
atau kata guru saya Qimah (opo meneh kui :D)
Lebih jelasnya mungkin begini. ada
orang kecelakan, lalu ditolong oleh dua orang, Abi dan Bima. Abi menolong orang
tersebut dengan ASAS/NIAT karena Alloh (ibadah kepadaNya), tapi Bima menolong
dengan niat mengamalkan Pancasila terutama Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tentu
akan bedakan amalan kedua orang tersebut? Lalu apa TUJUAN/TARGET menolong orang
kecelakaan tersebut, tentunya adalah menolong agar orang tersebut SELAMAT, jika
tidak selamat maka kita bisa dianggap gagal menolongnya.
Nah inilah bahayanya jika kita
salah “meletakan” ASAS dengan TUJUAN atau malah dengan MANFAAT/FAEDAH dari
amalan/perbuatan kita. Kita akan cenderung santai dan tidak termotivasi untuk
mencapai TARGET tertinggi kita. Jika kita sudah meletakan ASAS yang benar maka
kita tidak akan pernah takut mencanangkan TUJUAN TERTINGGI (Atau bahasa populer
sekarang adalah MIMPI) yang ingin kita capai.
Mari kita luruskan Niat, Tentukan
MIMPI TERINDAH yang ingin kita capai dan..
Enjoy ther procces, enjoy
yourself
Cara “Arif” jadi Entrepreneur
3 comments:
samaaa.... aku juga punya pengalaman serupa
sejak SD, ada penjual kue keliling yang udah langganan banget.
sampai aku tua gini, beliau masih juga menjajakan kue keliling. gak ada kemajuan... misalnya berubah jadi pake sepeda, atau pake motor.. nggak tuh. tetep aja dari dulu sampai sekarang jalan kaki.
miris juga ngeliatnya
ada tukang becak dari aku tk mas dwi, sampe aku sma waktu itu masi aj. ikut ke smesco yah kmrn?
@elsa : :)
@ucil : iyap :)
Posting Komentar